Search
Search
Close this search box.
Berita Ekonomi Makroekonomi & Kebijakan Fiskal

DBS Perkirakan Bank Indonesia Turunkan Suku Bunga 50 Bps Seiring Penurunan Inflasi

Foto: REUTERS/Edgar Su

JAKARTA, AFU.ID – DBS Group Research memprediksi bahwa suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) akan dipotong sebesar 50 basis poin (bps) tahun ini, seiring dengan proyeksi penurunan inflasi sepanjang tahun, yang membuka peluang untuk pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral.

“DBS Group Research memperkirakan bahwa para pembuat kebijakan akan memanfaatkan peluang yang ada, terutama ketika isu tarif mereda, untuk menurunkan suku bunga sebesar 50 bps tahun ini, karena suku bunga riil menunjukkan adanya penyangga yang signifikan,” kata Senior Economist Bank DBS, Radhika Rao, dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Selasa.

Inflasi tahunan pada Maret 2025 tercatat sebesar 1,03 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 107,22.

DBS Group Research mencatat bahwa kebijakan yang diterapkan secara “sekali jalan” menyebabkan inflasi Maret sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata kenaikan 0,3 persen pada Januari dan Februari.

Hal ini tercermin dalam penurunan inflasi yang diatur pemerintah (administered prices), yang berada di -3,2 persen secara tahunan, lebih baik dibandingkan rata-rata -7,7 persen pada dua bulan pertama tahun 2025.

“Inflasi transportasi tetap terkendali karena penurunan harga nonsubsidi,” tambah Radhika.

DBS Group Research mencatat bahwa inflasi IHK tetap berada di bawah target Bank Indonesia, yakni antara 1,5 persen hingga 3,5 persen, berkat kebijakan pemerintah seperti diskon tarif listrik, tarif tol, dan tiket transportasi udara.

Sementara itu, inflasi inti rata-rata tercatat sebesar 2,4 persen pada triwulan pertama tahun 2025.

DBS Group Research juga memperkirakan bahwa inflasi umum akan meningkat pada paruh kedua tahun 2025.

Meskipun demikian, mereka merevisi proyeksi penurunan inflasi setahun penuh menjadi 1,7 persen secara tahunan, lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 2,0 persen.

Radhika menyebut bahwa kondisi inflasi yang cukup stabil memberikan ruang untuk pelonggaran kebijakan moneter.

Namun, di sisi lain, bank sentral kemungkinan akan lebih fokus pada pasar keuangan, terutama mengingat pelemahan rupiah yang terus berlanjut akibat ketidakpastian global.

“Para pembuat kebijakan kemungkinan akan memantau perkembangan pasar keuangan, dengan pelemahan lebih lanjut pada rupiah dan obligasi, yang dipengaruhi oleh ketidakpastian global dan ketidakjelasan kondisi fiskal dalam negeri yang dapat mendorong pasar untuk mengantisipasi penurunan suku bunga pada kuartal ini,” tutup Radhika.

Leave feedback about this

  • Rating
X