Search
Search
Close this search box.
Berita Wawancara Eksklusif

Tempo Diteror Kepala Babi dan Tikus, Tak Surut Kawal Demokrasi

JAKARTA, AFU.ID – Sebuah paket misterius dikirimkan ke kantor Tempo, berisi kepala babi dan beberapa ekor tikus mati. Simbol-simbol menjijikkan itu bukan hanya bentuk teror, melainkan peringatan bahwa kerja-kerja jurnalistik yang menyinggung kepentingan tertentu tak pernah benar- benar aman. Peristiwa ini terungkap dalam diskusi bersama dua jurnalis senior Tempo, Bagja Hidayat dan Stefanus Pramono, dalam podcast Akbar Faizal Uncensored yang tayang pada 26 Maret 2025.

Tempo memang bukan media yang mencari aman. Sejak berdiri, mereka memilih jalan terjal: menjadi pengawas kekuasaan, menyibak kebusukan, dan menyuarakan yang tak populer. Akibatnya, intimidasi semacam itu bukan barang baru. “Sudah berkali-kali kami menerima ancaman. Baik lewat surat, teror digital, bahkan fisik,” ujar Bagja. Namun, tak satu pun dari itu menggoyahkan prinsip redaksi mereka.

Kunci ketahanan Tempo, kata Stefanus, terletak pada struktur kepemilikan yang unik. Tidak ada pemegang saham mayoritas. Tak ada figur dominan yang bisa mendikte isi berita. “Independensi kami bukan hanya jargon. Kami membangun sistem yang membuat redaksi benar-benar bebas dari intervensi politik maupun ekonomi,” katanya. Tempo hanya bergantung pada satu hal: kepercayaan publik.

Kerja jurnalistik mereka pun tak serampangan. Setiap berita melewati proses verifikasi ketat dan uji silang berlapis. “Minimal 30 persen data harus sudah terverifikasi sebelum bisa ditindaklanjuti,” kata Bagja. Tak heran jika Tempo kerap menjadi rujukan, meski tak jarang pula menjadi sasaran.

Dalam diskusi itu, mereka juga menyinggung Bocor Alus, kanal multimedia Tempo yang hadir sebagai bentuk adaptasi di era digital. Meski tampil lebih santai, kanal ini tetap memegang prinsip jurnalistik

yang sama ketatnya. “Ini bukan konten hiburan. Bocor Alus adalah perpanjangan tangan redaksi,” kata Stefanus.

Kiriman kepala babi dan tikus, betapapun menjijikkan, gagal menggentarkan. Tempo tetap di jalurnya: menjaga demokrasi, mengungkap fakta, dan berdiri bersama publik. “Semakin keras tekanan, semakin jelas bahwa kami menyentuh sesuatu yang penting,” kata Bagja.

Leave feedback about this

  • Rating
X