Sumber : VIVA/Yunisa Herawati
JAKARTA, AFU.ID – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai keputusan mundurnya konsorsium yang dipimpin oleh perusahaan Korea Selatan, LG, dari proyek rantai pasok baterai kendaraan listrik di Indonesia bukanlah pembatalan permanen, melainkan hanya bentuk penundaan sambil menunggu perkembangan permintaan pasar.
Ketua Umum Apindo, Shinta Kamdani, menjelaskan bahwa penundaan tersebut terjadi karena pasar mungkin belum sepenuhnya siap. “Menurut saya, ini hanya penyesuaian karena permintaan pasar yang butuh waktu. Bukan berarti mereka tidak tertarik, hanya tertunda,” ujarnya di Jakarta, Rabu.
Shinta juga menekankan bahwa minat investasi dari Korea Selatan di Indonesia masih sangat besar. Ia menyebut banyak perusahaan asal Negeri Ginseng yang tetap berminat untuk berinvestasi di sektor lain.
“Korea Selatan tetap menunjukkan ketertarikan yang tinggi untuk menanamkan modal di Indonesia. Masih banyak perusahaan mereka yang menunjukkan minat,” lanjutnya.
Ia juga menyoroti pentingnya pemerintah memastikan bahwa minat investor asing bisa direalisasikan menjadi proyek nyata. Menurutnya, iklim usaha di Indonesia terbuka untuk investasi dari negara manapun.
“Sekarang tinggal bagaimana kita bisa memastikan bahwa semua pihak yang berminat benar-benar bisa masuk dan berinvestasi di sini,” tambahnya.
Sebelumnya, konsorsium Korea Selatan yang terdiri dari LG Energy Solution, LG Chem, LX International Corp, dan beberapa mitra lainnya, memutuskan untuk menghentikan proyek pembangunan rantai pasok baterai kendaraan listrik senilai sekitar 11 triliun won (Rp130,7 triliun) di Indonesia. Konsorsium tersebut semula bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dan beberapa BUMN untuk menciptakan rantai produksi terintegrasi, dari pengadaan bahan mentah hingga produksi sel baterai.
Indonesia sendiri merupakan produsen nikel terbesar di dunia, yang merupakan komponen utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik.
Keputusan mundur dari proyek ini disebut-sebut dipengaruhi oleh perubahan dalam peta industri kendaraan listrik global, terutama akibat adanya penurunan permintaan atau perlambatan sementara yang dikenal dengan istilah “jurang EV”.
“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar dan iklim investasi saat ini, kami memutuskan untuk mengakhiri keterlibatan dalam proyek tersebut,” ujar seorang pejabat dari LG Energy Solution.