AFU.id – Politisi Akbar Faizal mengungkapkan adanya perpecahan di tubuh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terkait sikap mereka atas rencana pengajuan hak angket dugaan kecurangan Pilpres 2024. Menurut Akbar, ada dua kubu di PKS—satu ingin tetap setia mengawal agenda perubahan bersama Anies Baswedan, sementara kubu lain cenderung ingin merapat ke pemerintahan Prabowo Subianto. Mereka merasa bahwa terus beroposisi selama satu dekade sangat membebani, terutama dari sisi pendanaan partai.
Akbar menilai bahwa hak angket terkait kecurangan Pilpres 2024 memiliki potensi kuat untuk direalisasikan. Ia menyebut bahwa bukti dugaan pelanggaran muncul sejak tahapan pencalonan hingga pelaksanaan pemilu. Dalam unggahan di akun media sosial X (dulu Twitter), Akbar membandingkan situasi saat ini dengan pengalamannya menggiring Pansus Angket Century di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia menyebut bahwa material untuk hak angket kali ini lebih dari cukup, namun menekankan pentingnya strategi agar hasilnya efektif.
Dinamika politik juga turut disoroti Akbar dalam konteks perubahan arah sejumlah partai. Ia menilai bahwa PDIP tampaknya paling serius mendalami rencana hak angket. Di sisi lain, NasDem—yang selama ini dekat dengan pemerintahan Presiden Jokowi—dinilai akan kesulitan berperan sebagai oposisi murni karena terbiasa menikmati privilese kekuasaan. Ia yakin kalkulasi politik dan bisnis partai tersebut sedang bekerja keras demi memastikan posisinya di era kepemimpinan baru.
Akbar juga menilai langkah politik PKB selaras dengan NasDem, mengingat hubungan antara Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, dan Prabowo Subianto masih baik, meskipun Cak Imin maju sebagai cawapres mendampingi Anies Baswedan.
Selain itu, PPP dihadapkan pada tantangan besar karena terancam tak lolos ambang batas parlemen. Menurut Akbar, partai tersebut sangat membutuhkan dukungan dari pemerintahan agar tetap bertahan. Ia juga mengingatkan bahwa PPP harus berhati-hati dalam menghitung langkahnya agar strategi ini tidak menjadi bumerang pada Pemilu 2029, meskipun mereka mungkin berhasil melewati ambang batas kali ini dengan dukungan dari sosok seperti Sandiaga Uno, yang sudah menyatakan kesiapan untuk bergabung dalam pemerintahan Prabowo.
Akbar menegaskan bahwa perkembangan politik saat ini mencerminkan betapa kompleksnya realitas yang harus dihadapi partai-partai dalam menyesuaikan strategi mereka dengan peta kekuasaan yang baru.