AFU. id – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf, menilai bahwa daftar tokoh terkorup dunia yang dirilis Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) lebih menyerupai kampanye politik. Hal ini menjadi perhatian publik karena Presiden Joko Widodo masuk dalam daftar tersebut sebagai salah satu tokoh paling korup di dunia.
“Saya pribadi melihat ini lebih sebagai bagian dari semacam kampanye politik, entah untuk tujuan apa,” ujar Gus Yahya, sapaan akrabnya, di Kantor PBNU, Jakarta, Jumat (3/1/2025).
Gus Yahya juga mempertanyakan kredibilitas OCCRP dalam menentukan nominasi dan menobatkan seseorang sebagai tokoh paling korup. Ia menyebut bahwa laporan semacam ini akan lebih dapat dipercaya jika diterbitkan oleh lembaga peradilan internasional yang memiliki legitimasi lebih tinggi.
“Saya baru mendengar tentang OCCRP. Kalau yang menetapkan lembaga seperti tribunal internasional atau pengadilan dunia, mungkin lain cerita,” tambahnya.
Menurut Gus Yahya, siapa pun bisa mendirikan lembaga nirlaba dan menjalankan program kampanye dengan cara tertentu asalkan memiliki dana yang cukup.
“Selama ada biaya untuk sebuah isu, hal seperti ini bisa dilakukan,” katanya.
Sebelumnya, OCCRP memasukkan nama Joko Widodo ke dalam nominasi tokoh terkorup tahun 2024, bersama Presiden Kenya William Ruto, Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubu, mantan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, dan pengusaha India Gautam Adani. Organisasi ini mengumpulkan nominasi melalui Google Form sejak 22 November 2024. Pada akhirnya, mantan Presiden Suriah Bashar Al-Assad dinobatkan sebagai “Person of the Year 2024” dalam kategori kejahatan organisasi dan korupsi.
Menanggapi hal ini, Jokowi memberikan komentar santai dan menantang pihak-pihak yang menuduhnya untuk memberikan bukti.
“Apa yang dikorupsi? Ya dibuktikan dulu,” ujar Jokowi sambil tertawa saat ditemui di rumahnya di Kecamatan Banjarsari, Solo, Jawa Tengah, Selasa (31/12/2024).
