AFU.id – Mantan anggota DPR dan pengamat politik, Akbar Faizal, secara terbuka mengkritik kebijakan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim, terkait penghapusan kegiatan Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah. Menurut Akbar, kebijakan ini berpotensi merusak karakter generasi muda Indonesia yang selama ini telah dibangun melalui kegiatan Pramuka.
Dalam pernyataannya di program Akbar Faizal Uncensored, Akbar menyebut bahwa Pramuka bukan sekadar kegiatan tambahan, tetapi menjadi salah satu pilar pendidikan karakter bangsa. “Meniadakan Pramuka sebagai kegiatan wajib di sekolah sama saja dengan mengabaikan nilai-nilai kebangsaan dan kedisiplinan yang diajarkan kepada siswa,” ujarnya dengan tegas. Ia berpendapat bahwa Pramuka membantu membentuk kepribadian yang tangguh, patriotik, dan berorientasi pada kerja sama, yang sangat penting bagi generasi muda.
Akbar menilai keputusan ini dapat melemahkan pendidikan karakter di sekolah, yang seharusnya menjadi fondasi bagi para siswa. Ia mempertanyakan alasan di balik keputusan ini dan mendesak Nadiem untuk mempertimbangkan kembali dampaknya terhadap pembentukan moral dan etika siswa.
Menanggapi kritik ini, pihak Kementerian Pendidikan menjelaskan bahwa kebijakan ini bertujuan memberi keleluasaan bagi sekolah untuk menentukan sendiri kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan lingkungan setempat. Namun, bagi Akbar Faizal, kebebasan ini justru berisiko mengabaikan kegiatan penting yang sudah terbukti membawa pengaruh positif bagi pembentukan karakter anak-anak Indonesia.
Debat mengenai pentingnya Pramuka sebagai kegiatan wajib di sekolah kini semakin mengemuka. Banyak pihak mendukung pandangan Akbar Faizal dan berharap agar pemerintah mempertimbangkan kembali keputusan ini, demi menjaga pendidikan karakter bangsa di tengah perubahan sistem pendidikan.