Foto : antaranews
JAKARTA, AFU.ID – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyatakan bahwa perusahaan asal Tiongkok, Huayou, kini menggantikan posisi LG Energy Solution dalam sebagian proyek yang termasuk dalam skema Indonesia Grand Package. Hal ini disampaikannya kepada ANTARA dari Jakarta, Rabu.
“LG telah digantikan oleh mitra strategis dari Tiongkok, yakni Huayou, bersama BUMN kita,” ungkap Bahlil.
Meski LG Energy Solution memutuskan mundur dari sebagian proyek pengembangan ekosistem kendaraan listrik (EV) di Indonesia, Bahlil memastikan bahwa proyek hilirisasi tersebut tetap berjalan sebagaimana mestinya. Ia menekankan bahwa pergantian investor merupakan hal yang lumrah dalam proyek-proyek besar.
Bahlil juga mengimbau masyarakat untuk tidak meragukan kelanjutan ambisi Indonesia menjadi pusat industri kendaraan listrik global. Ia menegaskan bahwa seluruh mitra proyek masih berkomitmen dan pemerintah akan terus mengawal proses transisi ini agar berjalan lancar.
“Proyek ini sudah berjalan, beberapa bagian telah diresmikan dan mulai berproduksi. Sisanya akan kami kawal hingga rampung sesuai target,” jelasnya.
LG Energy Solution sebelumnya menjadi bagian dari beberapa proyek strategis di bawah skema Indonesia Grand Package, yang merupakan kesepakatan antara Indonesia dan LG pada 18 Desember 2020. Skema ini mencakup pengembangan rantai pasok baterai EV secara menyeluruh, dari tahap penambangan hingga produksi baterai.
Sebagai wujud dari komitmen tersebut, pada 3 Juli 2024, Presiden Joko Widodo meresmikan pabrik sel baterai EV pertama di Indonesia yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat. Pabrik hasil kerja sama Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution melalui PT HLI Green Power ini memiliki kapasitas produksi tahunan mencapai 10 gigawatt hour (GWh).
Namun, berdasarkan laporan Yonhap pada Jumat (18/4), konsorsium Korea Selatan yang dipimpin oleh LG memutuskan menarik proyek investasi senilai sekitar 11 triliun won (setara Rp130,7 triliun) yang semula ditujukan untuk membangun rantai pasok baterai EV di Indonesia.
Konsorsium tersebut terdiri dari LG Energy Solution, LG Chem, LX International Corp, dan mitra lainnya, yang sebelumnya bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dan beberapa BUMN untuk membangun rantai nilai penuh dari bahan baku hingga pembuatan sel baterai.
Keputusan mundur ini diambil usai berdiskusi dengan pemerintah Indonesia, menyusul perubahan kondisi industri global, khususnya penurunan permintaan kendaraan listrik yang disebut sebagai “jurang EV”.
Meski begitu, pihak LG menegaskan bahwa mereka tetap melanjutkan operasional bisnis yang telah berjalan di Indonesia, seperti pabrik baterai HLI Green Power yang merupakan hasil kolaborasi dengan Hyundai Motor Group.
Leave feedback about this